Minggu, 06 November 2011

Membaca Masa Lalu



 

“Aku sudah melepaskanmu, dayang,”

katanya ketika membaca Skenario tebal

sehabis merapikan Nostradamus.

Tampaknya dia kehabisan daya setelah

bergumul dengan sejumlah kesengsaraan.

Hari ini adalah hari menjelajah kembali

jalanan kemarin. Ada yang ingin diubahnya

malam berkabut penuh angin serta pikiran

amat lelah.

 

Engkau barangkali juga berkemas membuang

serpihan demi serpihan kegelisahan dan

akal sehat. Pantai ataukah daun-daun cemara

itukah yang tengah mengusik masa lalunya.

“aku telah berganti rupa sejak kubaca

kembali sajak-sajak dari rahimmu,”

dia meyakinkan jemarinya yang terus-menerus

gemetar bila membayangkan helai rambut

berjatuhan.

 

                        “Masa lalu itu,” barangkali

                        Nostradamus yang membisikinya,

                        “apakah senantiasa berulang

                        dan menciptakan ketakutan baru?”

 

 

Palembang, November 2001




Tidak ada komentar:

Posting Komentar