Membaca Masa Lalu
“Aku sudah melepaskanmu,
dayang,”
katanya ketika membaca
Skenario tebal
sehabis merapikan
Nostradamus.
Tampaknya dia kehabisan
daya setelah
bergumul dengan sejumlah
kesengsaraan.
Hari ini adalah hari
menjelajah kembali
jalanan kemarin. Ada yang ingin diubahnya
malam berkabut penuh angin
serta pikiran
amat lelah.
Engkau barangkali juga
berkemas membuang
serpihan demi serpihan
kegelisahan dan
akal sehat. Pantai ataukah
daun-daun cemara
itukah yang tengah mengusik
masa lalunya.
“aku telah berganti rupa
sejak kubaca
kembali sajak-sajak dari
rahimmu,”
dia meyakinkan jemarinya
yang terus-menerus
gemetar bila membayangkan
helai rambut
berjatuhan.
“Masa lalu itu,” barangkali
Nostradamus yang membisikinya,
“apakah senantiasa berulang
dan menciptakan ketakutan baru?”
Palembang,
November 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar