Minggu, 06 November 2011

Simpang Empat Kampung Dalam


sakitnya telah mendapatkan penawar ketika jemari lembut itu

mengulurkan kasih sayang. direbahkannya ambisinya di atas kesadaran baru;

dia tak sekadar butuh kata-kata.

 

"ibuku," katanya memandang keluar jendela.

"pernahkah engkau mendongengkan peri cantik bermata bulat

berambut panjang yang sering membisikkan kata-kata purba

di telingaku?"

 

ada yang meluncur:

            membasuh serta matanya yang lelah

"tuhanku," desisnya mendekapkan tangan di dada, "Kaukah

yang menjelma dalam rahimnya?"

 

Pangkalpinang, Oktober 2000

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar