Simpang Empat Kampung Dalam
sakitnya telah mendapatkan
penawar ketika jemari lembut itu
mengulurkan kasih sayang.
direbahkannya ambisinya di atas kesadaran baru;
dia tak sekadar butuh
kata-kata.
"ibuku," katanya
memandang keluar jendela.
"pernahkah engkau mendongengkan peri cantik
bermata bulat
berambut
panjang yang sering membisikkan kata-kata purba
di
telingaku?"
ada yang meluncur:
membasuh serta matanya yang lelah
"tuhanku,"
desisnya mendekapkan tangan di dada, "Kaukah
yang
menjelma dalam rahimnya?"
Pangkalpinang, Oktober
2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar